Sabtu, 10 Desember 2011

Kisah Perang Topat di Pura Lingsar, Lombok Barat

Pada postingan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman pertama saya mengikuti Perang Topat di Pura Lingsar, Lombok Barat. Event ini merupakan salah satu dari rangkaian Pujawali, yang diadakan satu tahun sekali saja. Untunglah sore ini saya berkesempatan hadir, meskipun awalnya dihadang oleh hujan.

Awalnya saya mengetahui ada event ini dari baliho yang dipasang di pinggir-pinggir jalan, dari situ saya tahu bahwa tanggal 10 Desember 2011 jam 16.00 WITA ada event tahunan Perang Topat di Pura Lingsar. Saya pun mengajak teman teman yang juga punya ketertarikan dengan budaya lombok, ada @momo_DM dan @Akbarozski.

Kita sampai di Lokasi sekitar pukul 15.00 WITA, suasana di lokasi pun sudah riuh ramai oleh warga yang ingin ikut serta meramaikan event ini.

Di Jalan masuk Pura ada Baliho besar :



Sepanjang perjalanan menuju lokasi (sekitar 300 meter dari tempat parkir), suasana seperti di pasar, di kanan kiri jalan banyak penjual berbagai macam barang dan makanan. Event ini lumayan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, mereka bisa berjualan di sekitar Pura Lingsar

Di dalam ternyata sudah lumayan penuh, banyak wartawan dari berbagai media, cetak maupun elektronik yang sedang sibuk mempersiapkan peralatannya serta pilih pilih lokasi yang pas.


Tidak berapa lama, bupati Lombok Barat, Bapak H. Zaini Arony datang ke lokasi, diiringi tarian Gendang Beleq menuju tenda yang disediakan :


Tidak berapa lama, Rangkaian Perang Topat dimulai, diawalai dengan iring iringan pasukan yang berpakaian tentara belanda, ibu-ibu dan bapak-bapak pembawa ketupat serta hasil bumi, dan tarian tawaq-tawaq.


Acara dibuka dengan sambutan dari Bapak H. Zaini Arony selaku Bupati Lombok Barat. Ada beberapa hal yang disampaikan bapak H. Zaini Arony dalam sambutannya, yaitu :
  • Ritual budaya "Perang Topat" merupakan filosofi suku Sasak yang beragama Islam dan Hindu di Pulau Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Barat.
  • Ritual ini sebagai sebuah bentuk penghormatan umat Islam di Pulau Lombok terhadap para wali. Begitu juga dengan umat Hindu di Pulau Lombok menjadikan ritual ini sebagai sebuah penghormatan bagi Sang Pencipta alam.
  • "Perang Topat" yang melibatkan dua pemeluk agama, yakni Islam dan Hindu, namun berasal dari etnis Sasak, hanya ada di Lombok dan tidak ada di Bali.
  • Perang Topat" adalah perang untuk perdamaian, kesejahteraan dan kekeluargaan yang diadakan secara turun temurun dan sudah menjadi salah satu tradisi warisan leluhur suku Sasak (nama suku di pulau Lombok) dan suku Bali.
  • "Ritual ini bukan perang seperti di Irak atau Palestina yang menggunakan bom. ’Perang Topat’ adalah perang untuk perdamaian. Jadi tidak perlu khawatir, tidak perlu bawa bom molotov atau senjata tajam. Dari Lingsar untuk perdamaian Indonesia
Bapak H Zaini Arony memulai dengan pelemparan ketupat untuk pertama kali, diikuti dengan warga yang sudah siap siap. Lempar lemparan ini berlangsung dengan arah utara - selatan. Bagian selatan ada di bawah, dan bagian utara ada di atas. Saya berada di kubu bawah, lemparin orang orang yang berada di atas, wow sensasinya luar biasa, lempar lemparin orang seenaknya tapi tanpa ada rasa amarah dan dendam, sungguh mengasyikan. Prosesi lempar lemparan cukup singkat, tidak sampai 30 menit, ada petugas yang meniup peluit panjang, tanda acara perang topat selesai.



jangan lupa follow twitter kita @lombokkita untuk all about Lombok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar