Jika kamu naek bus kecil (engkel dalam bahasa setempat), dari arah prembun ke kebumen pada pagi hari, saat melewati daerah kawedusan, kamu akan menjumpai tempat pengobatan terapi batu giok yaang gratis yang sangat ramai dipadati pasien.
Yang membuat saya heran adalah terapi tersebut gratis alias dengan biaya nol rupiah, padahal pasiennya banyak banget tiap hari, dan semuanya orang yang berusia lanjut, tidak ada anak muda yang berobat kesana.
Kemudian pertanyaan yang muncul dalam benak saya, bagaimanakah pemilik usaha tersebut menggaji karyawannya? Terutama gadis gadis cantik yang bertugas melayani pasien....
Setelah saya mencari tahu dari orang dalam, baru saya tahu bagaimanakah manajemen keuangan dalam usaha tersebut. Ternyata selain menawarkan jasa terapi gratis, usaha tersebut menjual alat terapi tersebut, dan harganya tidak main mahalnya, sepuluh juta rupiah..... Harga yang cukup fantastis bagi saya. Jadi dengan menjual alat itulah, usaha tersebut tetap bisa berjalan meskipun tidak ada pemasukan dari jasa yang ditawarkan.
Yang membuat saya heran adalah terapi tersebut gratis alias dengan biaya nol rupiah, padahal pasiennya banyak banget tiap hari, dan semuanya orang yang berusia lanjut, tidak ada anak muda yang berobat kesana.
Kemudian pertanyaan yang muncul dalam benak saya, bagaimanakah pemilik usaha tersebut menggaji karyawannya? Terutama gadis gadis cantik yang bertugas melayani pasien....
Setelah saya mencari tahu dari orang dalam, baru saya tahu bagaimanakah manajemen keuangan dalam usaha tersebut. Ternyata selain menawarkan jasa terapi gratis, usaha tersebut menjual alat terapi tersebut, dan harganya tidak main mahalnya, sepuluh juta rupiah..... Harga yang cukup fantastis bagi saya. Jadi dengan menjual alat itulah, usaha tersebut tetap bisa berjalan meskipun tidak ada pemasukan dari jasa yang ditawarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar