GADUNG...
Selama ini orang mengenal gadung (Dioscorea hispida Dennust) hanya sebatas makanan ringan. Biasanya camilan gadung berupa keripik berwarna putih. Rasanya cukup enak, gurih, dan kemeripik.
Selain untuk camilan, gadung juga bisa untuk obat. Berdasarkan referensi tanaman obat Indonesia, tumbuhan dari keluarga Dioscoreaceae ini dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan sembilan jenis penyakit. Yaitu keputihan, kencing manis, kusta, perut mulas, nyeri empedu, nyeri haid, radang kandung empedu, rematik (nyeri persendian), dan kapalan atau kulit menebal (iptek@net.id; 2007).
Gadung merupakan tanaman semak yang tumbuh menjalar, dengan permukaan batang halus, berduri dan berwarna hijau keputihan. Daunnya tunggal, lonjong, berseling, dengan ujung lancip dan pangkal tumpul, serta berwarna hijau.
Pembungaan berbentuk tandan, ada di ketiak daun dengan kelopak berbentuk corong, dan mahkota berwarna hijau kemerahan. Buahnya bulat, dan setelah tua berwarna biru kehitaman. Biji gadung berbentuk ginjal. Ada beberapa jenis gadung. Antara lain gadung bunga wangi, gadung kuning, gadung kelan, gadung cina, dan gadung padi yang bunganya tidak berbau.
Dalam hal pengobatan tradisional, bagian yang digunakan adalah rimpangnya. Bagian ini mempunyai sifat khas manis dan menetralkan. Berdasarkan uji laboratorium, rimpang gadung mengandung unsur kimia alkaloid dioskorina, diosgenina, saponin, furanoid norditerpena, zat pati, dan tannin. Dengan berbagai kandungan tersebut, rimpang gadung berkhasiat sebagai antiinflamasi, spasmolitik, diaforetik, dan kholagog.
Penyakit kusta (lepra) yang masih dalam stadium dini dapat diobati dengan ramuan yang terdiri atas beberapa keping rimpang gadung, beberapa butir cabe jawa, lada putih secukupnya, kelapa parutan secukupnya, gula aren secukupnya, dan 150 mililiter (ml) air. Ramuan itu dibuat infus atau diseduh, kemudian diminum sekali sehari sebanyak 100 ml selama 14 hari.
Ramuan dan takaran (dosis) itu juga berlaku untuk pernyembuhan penyakit lain, misalnya keputihan, kencing manis, perut mulas, nyeri empedu, nyeri haid, dan radang kandung empedu. Mengenai lama pengobatan disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila rasa sakit belum hilang, masa pemakaian dapat diperpanjang.
Untuk mengobati penebalan kulit atau kapalan (obat luar), ramuan yang diperlukan adalah rimpang gadung secukupnya ditambah air sedikit. Bahan itu dibuat pipis hingga menyerupai bubur. Setelah itu dibalurkan pada bagian kulit yang mengeras, dan diperbaharui setiap tiga jam.
Orang yang terbiasa mengonsumsi camilan gadung cenderung terhindar dari gangguan rematik. Ya, selain menggunakan obat modern maupun obat tradisional lain, proses penyembuhan rematik dapat dipercepat dengan menyantap camilan gadung.
Tetapi, hati-hati ya teman, konsumsi yang berlebihan —apalagi jika proses pengolahannya kurang sempurna— dapat menyebabkan keracunan. Keracunan gadung berakibat tubuh kejang-kejang dan kepala terasa pening. Kalau itu terjadi, penawar sementaranya adalah kloralhidrat atau kalium bromide.Padahal niatnya mau ngemil gadung, eh malah keracunan, jadi sekali lagi, Hati-hati...!!!
Selama ini orang mengenal gadung (Dioscorea hispida Dennust) hanya sebatas makanan ringan. Biasanya camilan gadung berupa keripik berwarna putih. Rasanya cukup enak, gurih, dan kemeripik.
Selain untuk camilan, gadung juga bisa untuk obat. Berdasarkan referensi tanaman obat Indonesia, tumbuhan dari keluarga Dioscoreaceae ini dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan sembilan jenis penyakit. Yaitu keputihan, kencing manis, kusta, perut mulas, nyeri empedu, nyeri haid, radang kandung empedu, rematik (nyeri persendian), dan kapalan atau kulit menebal (iptek@net.id; 2007).
Gadung merupakan tanaman semak yang tumbuh menjalar, dengan permukaan batang halus, berduri dan berwarna hijau keputihan. Daunnya tunggal, lonjong, berseling, dengan ujung lancip dan pangkal tumpul, serta berwarna hijau.
Pembungaan berbentuk tandan, ada di ketiak daun dengan kelopak berbentuk corong, dan mahkota berwarna hijau kemerahan. Buahnya bulat, dan setelah tua berwarna biru kehitaman. Biji gadung berbentuk ginjal. Ada beberapa jenis gadung. Antara lain gadung bunga wangi, gadung kuning, gadung kelan, gadung cina, dan gadung padi yang bunganya tidak berbau.
Dalam hal pengobatan tradisional, bagian yang digunakan adalah rimpangnya. Bagian ini mempunyai sifat khas manis dan menetralkan. Berdasarkan uji laboratorium, rimpang gadung mengandung unsur kimia alkaloid dioskorina, diosgenina, saponin, furanoid norditerpena, zat pati, dan tannin. Dengan berbagai kandungan tersebut, rimpang gadung berkhasiat sebagai antiinflamasi, spasmolitik, diaforetik, dan kholagog.
Penyakit kusta (lepra) yang masih dalam stadium dini dapat diobati dengan ramuan yang terdiri atas beberapa keping rimpang gadung, beberapa butir cabe jawa, lada putih secukupnya, kelapa parutan secukupnya, gula aren secukupnya, dan 150 mililiter (ml) air. Ramuan itu dibuat infus atau diseduh, kemudian diminum sekali sehari sebanyak 100 ml selama 14 hari.
Ramuan dan takaran (dosis) itu juga berlaku untuk pernyembuhan penyakit lain, misalnya keputihan, kencing manis, perut mulas, nyeri empedu, nyeri haid, dan radang kandung empedu. Mengenai lama pengobatan disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila rasa sakit belum hilang, masa pemakaian dapat diperpanjang.
Untuk mengobati penebalan kulit atau kapalan (obat luar), ramuan yang diperlukan adalah rimpang gadung secukupnya ditambah air sedikit. Bahan itu dibuat pipis hingga menyerupai bubur. Setelah itu dibalurkan pada bagian kulit yang mengeras, dan diperbaharui setiap tiga jam.
Orang yang terbiasa mengonsumsi camilan gadung cenderung terhindar dari gangguan rematik. Ya, selain menggunakan obat modern maupun obat tradisional lain, proses penyembuhan rematik dapat dipercepat dengan menyantap camilan gadung.
Tetapi, hati-hati ya teman, konsumsi yang berlebihan —apalagi jika proses pengolahannya kurang sempurna— dapat menyebabkan keracunan. Keracunan gadung berakibat tubuh kejang-kejang dan kepala terasa pening. Kalau itu terjadi, penawar sementaranya adalah kloralhidrat atau kalium bromide.Padahal niatnya mau ngemil gadung, eh malah keracunan, jadi sekali lagi, Hati-hati...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar