JAMBU MAWAR...
Ayo siapa yang pernah makan jambu mawar? Pasti banyak yang belum, bahkan baru pertama kali mendengar dari sini. Saya juga baru tahu beberapa bulan yang lalu, karena pohonnya banyak tumbuh di halaman kantor. Dari situlah saya pertama kali mencobanya. Rasanya manis dan wangi semerbak mawar. Tapi sayangnya jambu ini relatif kering, jadi kurang menyegarkan seperti jambu air biasa.
Jambu Mawar (Eugenia jambos) termasuk dalam famili jambu-jambuan (Myrtacae). Nama lokal untuk tanaman ini di Jawa Barat disebut jambu cai mawar, klampok aeng mawar di Madura, jambu ermawa di Bali, sedangkan di Sulawesi Selatan disebut jambu jene mawara.
Jambu mawar asalnya dari Indo-Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dengan drainase bagus sehingga air tidak mudah menggenang. Ia bisa ditanam mulai di daerah pantai sampai pegunungan setinggi 1.200 m dpl.
Postur pohon jambu mawar tidak terlalu besar, tingginya hanya bisa mencapai 10 m saja. Batangnya berwarna coklat pucat, dengan percabangan rendah dan melebar. Daunnya sempit, berbentuk lanset, tebal, licin. Ketika masih muda warnanya merah muda mengkilat, selanjutnya menjaadi hijau tua bila sudah tua.
Bunganya berwarna putih atau krem pucat, besar, menyolok dan baunya harum. Tangkai nya pendek dan biasanya terletak pada ujung cabang-cabang yang berdaun. Buah jambu mawar berbebtuk hampir bulat, agak lonjong atau melebar pada dasaarnya. Garis tengahnya 4-5 cm. Bila sudah masak warnanya kuning pucat atau kehijau-hijauan, dengan kulit yang licin dan agak keras. Warna bijinya coklat dan jumlahnya satu sampai dua. Buahnya yang sudah masak dapat dimakan segar, atau dimasak dulu dicampur dengan buah lainnya serta gula untuk dibuat selai atau jeli.
Daun jambu mawar yang ditumbuk konon dapat digunakan sebagai obat cacar air. Di Kamboja daun jambu ini bisa digunakan untuk obat sakit panas. Sedangkan biji buahnya bisa digunakan untuk obat sakit diare, disentri, dan radangg selaput lendir di hidung atau tenggorokan.
Perbanyakan tanaman ini dapat dengan biji, cangkokan, sambungan maupunu okulasi.
Ayo siapa yang pernah makan jambu mawar? Pasti banyak yang belum, bahkan baru pertama kali mendengar dari sini. Saya juga baru tahu beberapa bulan yang lalu, karena pohonnya banyak tumbuh di halaman kantor. Dari situlah saya pertama kali mencobanya. Rasanya manis dan wangi semerbak mawar. Tapi sayangnya jambu ini relatif kering, jadi kurang menyegarkan seperti jambu air biasa.
Jambu Mawar (Eugenia jambos) termasuk dalam famili jambu-jambuan (Myrtacae). Nama lokal untuk tanaman ini di Jawa Barat disebut jambu cai mawar, klampok aeng mawar di Madura, jambu ermawa di Bali, sedangkan di Sulawesi Selatan disebut jambu jene mawara.
Jambu mawar asalnya dari Indo-Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, dengan drainase bagus sehingga air tidak mudah menggenang. Ia bisa ditanam mulai di daerah pantai sampai pegunungan setinggi 1.200 m dpl.
Postur pohon jambu mawar tidak terlalu besar, tingginya hanya bisa mencapai 10 m saja. Batangnya berwarna coklat pucat, dengan percabangan rendah dan melebar. Daunnya sempit, berbentuk lanset, tebal, licin. Ketika masih muda warnanya merah muda mengkilat, selanjutnya menjaadi hijau tua bila sudah tua.
Bunganya berwarna putih atau krem pucat, besar, menyolok dan baunya harum. Tangkai nya pendek dan biasanya terletak pada ujung cabang-cabang yang berdaun. Buah jambu mawar berbebtuk hampir bulat, agak lonjong atau melebar pada dasaarnya. Garis tengahnya 4-5 cm. Bila sudah masak warnanya kuning pucat atau kehijau-hijauan, dengan kulit yang licin dan agak keras. Warna bijinya coklat dan jumlahnya satu sampai dua. Buahnya yang sudah masak dapat dimakan segar, atau dimasak dulu dicampur dengan buah lainnya serta gula untuk dibuat selai atau jeli.
Daun jambu mawar yang ditumbuk konon dapat digunakan sebagai obat cacar air. Di Kamboja daun jambu ini bisa digunakan untuk obat sakit panas. Sedangkan biji buahnya bisa digunakan untuk obat sakit diare, disentri, dan radangg selaput lendir di hidung atau tenggorokan.
Perbanyakan tanaman ini dapat dengan biji, cangkokan, sambungan maupunu okulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar